Kamis, 29 November 2012

Ini Penjelasan BPS Soal Kelangkaan Pasokan Sapi di Beberapa Daerah

Browser anda tidak mendukung iFrame
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan hasil Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, Kerbau Tahun 2011 (PSPK 2011) populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 14,8 juta ekor. Namun, tidak semua dari jumlah sapi tersebut dapat dipotong untuk memenuhi kebutuhan masyarakat alias tidak ready stock.

"Jadi sapi ini ada yang namanya potential stock, ada yang ready stock. Kalau peternak punya 1-2 sapi, itu pasti untuk aset, tidak mungkin dijual atau dipotong. Baru setelah beranak, bisa dipotong," ujar Kepala Bagian Statistik Peternakan BPS Hadnizar Nasution saat ditemui detikFinance, Selasa (27/11/2012).

Hadnizar menambahkan ada beberapa hal yang menjadi ketentuan dalam pemotongan sapi. Salah satunya adalah larangan potong sapi betina lokal hingga 6 tahun dan sapi betina impor hingga 4 tahun.

"Yang jantan pun juga ada ketentuannya, seperti menyisakan 10% untuk pejantan. Jadi yang jadi masalahnya sekarang berapa yang disediakan untuk stok kebutuhan masyarakat dan berapa yang disimpan untuk dikembangbiakan, bukan masalah jumlahnya karena ini banyak," jelasnya.

Selain itu, terpusatnya sumber sapi di wilayah Jawa Timur dan bagian timur Indonesia menyebabkan kesulitan pendistribusian daging sapi ini. Hal inilah yang menyebabkan adanya kelangkaan daging sapi tersebut.

"Ya ini ngumpulnya di kawasan yang sulit transportasinya. Dulu ada kereta untuk ternak di Jawa Timur, tapi tidak ada lagi. Masa hewan ternak ini harus berenang sendiri," pungkasnya.

Berdasarkan hasil PSPK2011 populasi sapi potong di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 14,8 juta ekor. Secara regional/pulau, populasi sapi potong sebagian besar terdapat di pulau Jawa sebanyak 7,5 juta ekor atau 50,68 persen dari total populasi sapi potong di Indonesia.

Kemudian pulau Sumatera sebanyak 2,7 juta ekor atau 18,38 persen; Bali dan Nusa Tenggara 2,1 juta ekor atau 14,18 persen; Sulawesi 1,8 juta ekor atau 12,08 persen, sedangkan sisanya berada di Kalimantan, serta Maluku dan Papua dengan jumlah populasi masing-masing kurang dari 0,5 juta ekor.

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan populasi sapi potong terbesar di Indonesia sebanyak 4,7 juta ekor atau 31,89 persen dari populasi sapi potong di Indonesia disusul kemudian Jawa Tengah 1,9 juta ekor.

Provinsi lain yang memiliki populasi sapi potong cukup besar, yaitu lebih dari 0,5 juta ekor tercatat berturut turut adalah Sulawesi Selatan 984 ribu ekor atau 6,64 persen, Nusa Tenggara Timur (NTT) 778,6 ribu ekor atau 5,25 persen; Lampung 742,8 ribu ekor atau 5,01 persen; Nusa Tenggara Barat (NTB) 685,8 ribu ekor atau 4,63 persen; Bali 637,5 ribu ekor atau 4,30 persen; dan Sumatera Utara 541,7 ribu ekor atau 3,65 persen dari populasi sapi potong Indonesia.

Sementara itu, gambaran kondisi peternakan sapi perah di Indonesia juga menunjukkan hal yang sama dengan sapi potong bahwa usaha peternakan sapi perah masih dominan di Pulau Jawa. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya populasi sapi perah di Pulau Jawa yang mencapai lebih dari 99 persen dari total populasi sapi perah Indonesia sebanyak 597,2 ribu ekor. Dari jumlah tersebut 592,5 ribu ekor diantaranya berada di Pulau Jawa.

Populasi sapi perah di pulau Sumatera hanya mencapai 2.383 ekor atau hanya 0,40 persen dari populasi Indonesia, dan sebagian kecil lainnya tersebar di pulau Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara.

Menurut provinsi, populasi sapi perah terbesar adalah Jawa Timur sekitar 296,4 ribu ekor atau 49,62 persen dari total populasi sapi perah Indonesia. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 149,9 ribu ekor atau 25,11 persen dan 140 ribu ekor atau 23,44 persen dari total populasi sapi perah Indonesia. Beberapa provinsi seperti Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat tidak dijumpai sama sekali sapi perah.

Berbeda dengan populasi sapi potong dan sapi perah yang dominan di pulau Jawa, populasi kerbau cenderung tersebar merata secara regional/pulau di seluruh Indonesia. Populasi kerbau terbesar terdapat di Sumatera dengan jumlah 512,8 ribu ekor atau 39,29 persen dari total populasi kerbau Indonesia.

 Populasi kerbau pulau Jawa mencapai 363 ribu ekor atau 27,82 persen, kemudian pulau Bali dan Nusa Tenggara 257,6 ribu ekor atau 19,74 persen; pulau Sulawesi 110,4 ribu ekor atau 8,46 persen; pulau Kalimantan 41,5 ribu ekor atau 3,18 persen, serta pulau Maluku dan Papua 19,7 ribu ekor atau 1,51 persen dari populasi kerbau Indonesia.

Dirinci menurut provinsi, populasi kerbau terbesar terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 150 ribu ekor atau 11,50 persen dari populasi kerbau di Indonesia.

Provinsi lain dengan jumlah populasi kerbau tidak berbeda jauh dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) berturut-turut adalah Aceh 131,5 ribu ekor atau 10,08 persen; Jawa Barat 130,2 ribu ekor atau 9,97 persen; Banten 123,1 ribu ekor atau 9,44 persen; Sumatera Utara 114,3 ribu ekor atau 8,76 persen; Nusa Tenggara Barat (NTB) 105,4 ribu atau 8,08 persen dan Sumatera Barat 100,3 ribu ekor atau 7,69 persen dari populasi kerbau Indonesia. Provinsi-provinsi lainnya mencatat populasi kerbau kurang dari 100 ribu ekor.

Secara umum hasil pendataan PSPK 2011 menunjukkan bahwa populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Besar kemungkinan karena beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat kebutuhan/konsumsi daging di pulau Jawa relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kebutuhan daging di luar pulau Jawa.

Faktor lain adalah infrastruktur, teknologi dan industri peternakan yang lebih maju di pulau Jawa dibanding dengan daerah-daerah lainnya, terutama industri penyediaan pakan ternak sehingga subsektor peternakan dapat berkembang lebih baik.

Tidak ada komentar:

COUNTER EXTREME

Foto saya
anak jambi, paris, Indonesia